Peduli Kolaka. Hari ini Peduli Kolaka berkunjung ke pasar tradisonal kota kolaka, letaknya yang berada di jantung kota kolaka bahkan berhadapan dengan salah satu hotel yang boleh dikatakan besar yakni Hotel Sutan Raja, namun sungguh sayang pasar yang banyak di kunjungi oleh warga tersebut terkesan "jorok".
Setelah membayar retribusi di pintu masuk, tingkat kenyamananan yang rendah mulai terasa, dimana jalan-jalannya banyak yang berlubang sehingga terkesan di lakukan pengaspalan seadanya saja.
Area parkir khusus untuk kendaraan roda empat tidak di kelola dengan baik sehingga banyak kendaraan roda empat parkir disembarang tempat.
Peduli Kolaka kemudian masuk ke area penjualan sayur dan ikan, sontak saja bau tak sedap menerpa hidung, terlihat sampah berserakan bahkan air drainase dari area penjualan ikan tidak di kelola dengan baik.
Hmmm...naluri untuk investigasi lebih dalam mulai mengusik, akhirnya bertemu dengan salah seorang penjual ikan yang tidak ingin namanya disebutkan.
Ane : "selamat siang, bu"ucapku.
penjual ikan : "siang pak"
Ane : "sudah lama ki berjualan disini"
penjual ikan : "iye, sudah lama mi pak"
Sebelum bertanya lebih lanjut mata Peduli Kolaka pada saluran air kecil diantara lapak-lapak yang nampak menggenang dan berwarna kehitaman, dan si ibu penjual ikan memandangiku dengan keheranan.
Ane : "Ibu, tempat penjualan ikan ini ada yang bersihkan kah" sambil kutunjukkan saluran yang menghiytam itu.
Penjual ikan : "Ya ada ji pak, tapi begitu mi"
Ane : "Maksudnya"
Penjual ikan : "Tiap hari ji di bersihkan pak kalau sudah pulang semua mi penjual, tapi disini air bersih tidak ada, kita semua disini biasa beli sendiri"
Ane : "Hmmm....klu sampah yang tertumpuk itu"
Penjual ikan : "Ada ji juga pak yang ambil, tapi terkadang dua atau tiga hari pi datang"
Ane : "ibu...bayar retribusi kah ?"
Penjual ikan : "Oooo...bayar pak 3000 per hari" lalu kemudian rekan penjual ikan menimpali "90.000 satu bulan pak"
Ane : "Ooo...begitu ya...kalau begitu terima kasih bu ya"
Penjual ikan : "Kenapa ki tanya-tanya pak...anggota dpr ki kah"
Ane : "ah...bukan bu" jawabku sambil tersenyum
Penjual ikan : "dimana ki pale tinggal pak"
Ane : "di kolaka ji juga bu, ok bu terima kasih ya"
Penjual ikan : "iye terima kasih pak"
Sebelum meningglkan pasar ikan tersebut tidak lupa peduli kolaka mengambil beberapa gambar.
Dari penuturan penjual ikan diatas, tentunya mereka juga ingin mendapatkan tempat yang bersih dan pengolalaan pasar yang profesional terlebih lagi mereka juga telah melaksanakan kewajiban mereka membayar retribusi kepada pemerintah.
Lalu siapakah yang harus di salahkan...untuk membangun kolaka kita yang tercinta ini tidak perlu mencari siapa orang yang patut disalahkan, tetapi mari kita pecahkan persoalan tersebut bersama-sama.
Peduli Kolaka kemudian melakukan analisa sederhana tentang masalah apa saja yang ada di pasar tradisonal tersebut
1. Jalan rusak dan berlobang
2. Tata kelola parkir
3. Ketersediaan air bersih
4. Sampah
5. Antispasi Kejadian Luar biasa (kebakaran dan lain-lain)
Solusi yang terbaik menurut peduli kolaka adalah, sebaiknya pihak pemerintah kabupaten kolaka melakukan diskusi bersama para penggiat ekonomi yang ada di pasar tradisonal kolaka untuk mengatasi persoalan persoalan yang ada, untuk mendapatkan kondisi pasar tradisional yang nyaman, bersih, tertib dan aman.
Artikel ini hanyalah sebagai bahan renungan kita bersama, jika anda punya solusi silahkan berikan di halaman komentar, mari kita bangun kota kolaka dengan ide kreatif bukan hanya protes tanpa solusi. terima kasih.
Setelah membayar retribusi di pintu masuk, tingkat kenyamananan yang rendah mulai terasa, dimana jalan-jalannya banyak yang berlubang sehingga terkesan di lakukan pengaspalan seadanya saja.
Area parkir khusus untuk kendaraan roda empat tidak di kelola dengan baik sehingga banyak kendaraan roda empat parkir disembarang tempat.
Peduli Kolaka kemudian masuk ke area penjualan sayur dan ikan, sontak saja bau tak sedap menerpa hidung, terlihat sampah berserakan bahkan air drainase dari area penjualan ikan tidak di kelola dengan baik.
Hmmm...naluri untuk investigasi lebih dalam mulai mengusik, akhirnya bertemu dengan salah seorang penjual ikan yang tidak ingin namanya disebutkan.
Ane : "selamat siang, bu"ucapku.
penjual ikan : "siang pak"
Ane : "sudah lama ki berjualan disini"
penjual ikan : "iye, sudah lama mi pak"
Sebelum bertanya lebih lanjut mata Peduli Kolaka pada saluran air kecil diantara lapak-lapak yang nampak menggenang dan berwarna kehitaman, dan si ibu penjual ikan memandangiku dengan keheranan.
Ane : "Ibu, tempat penjualan ikan ini ada yang bersihkan kah" sambil kutunjukkan saluran yang menghiytam itu.
Penjual ikan : "Ya ada ji pak, tapi begitu mi"
Ane : "Maksudnya"
Penjual ikan : "Tiap hari ji di bersihkan pak kalau sudah pulang semua mi penjual, tapi disini air bersih tidak ada, kita semua disini biasa beli sendiri"
Ane : "Hmmm....klu sampah yang tertumpuk itu"
Penjual ikan : "Ada ji juga pak yang ambil, tapi terkadang dua atau tiga hari pi datang"
Ane : "ibu...bayar retribusi kah ?"
Penjual ikan : "Oooo...bayar pak 3000 per hari" lalu kemudian rekan penjual ikan menimpali "90.000 satu bulan pak"
Ane : "Ooo...begitu ya...kalau begitu terima kasih bu ya"
Penjual ikan : "Kenapa ki tanya-tanya pak...anggota dpr ki kah"
Ane : "ah...bukan bu" jawabku sambil tersenyum
Penjual ikan : "dimana ki pale tinggal pak"
Ane : "di kolaka ji juga bu, ok bu terima kasih ya"
Penjual ikan : "iye terima kasih pak"
Sebelum meningglkan pasar ikan tersebut tidak lupa peduli kolaka mengambil beberapa gambar.
Dari penuturan penjual ikan diatas, tentunya mereka juga ingin mendapatkan tempat yang bersih dan pengolalaan pasar yang profesional terlebih lagi mereka juga telah melaksanakan kewajiban mereka membayar retribusi kepada pemerintah.
Lalu siapakah yang harus di salahkan...untuk membangun kolaka kita yang tercinta ini tidak perlu mencari siapa orang yang patut disalahkan, tetapi mari kita pecahkan persoalan tersebut bersama-sama.
Peduli Kolaka kemudian melakukan analisa sederhana tentang masalah apa saja yang ada di pasar tradisonal tersebut
1. Jalan rusak dan berlobang
2. Tata kelola parkir
3. Ketersediaan air bersih
4. Sampah
5. Antispasi Kejadian Luar biasa (kebakaran dan lain-lain)
Solusi yang terbaik menurut peduli kolaka adalah, sebaiknya pihak pemerintah kabupaten kolaka melakukan diskusi bersama para penggiat ekonomi yang ada di pasar tradisonal kolaka untuk mengatasi persoalan persoalan yang ada, untuk mendapatkan kondisi pasar tradisional yang nyaman, bersih, tertib dan aman.
Artikel ini hanyalah sebagai bahan renungan kita bersama, jika anda punya solusi silahkan berikan di halaman komentar, mari kita bangun kota kolaka dengan ide kreatif bukan hanya protes tanpa solusi. terima kasih.
Tags
Berita